Temukan Artikel Anda di Sini

Tuesday, February 23, 2010

Dia Sudah Menunggu

Aku mencintaimu ketika kamu baru merupakan satu ide, hanya sebuah impian tentang menjadi ibu di masa yang akan datang. Aku suka membuat rencana, memikirkan kamu akan seperti apa nantinya. Sulit sekali membayangkan memeluk tubuh mungilmu, benar-benar menciptakan seorang manusia kecil. Namun kutahu bahwa satu saat nanti kamu akan menjadi kenyataan, satu saat nanti impianku untuk menjadi ibu akan menjadi kenyataan.
Saat hari itu tiba aku merasa bagaikan mimpi. Aku tak bisa mempercayai bahwa kamu benar-benar ada. Aku mengelus-ngelus perutku dan berbicara padaku. Aku berpikir tentang hari kelahiranmu, hari saat aku akan bisa melihatmu dan memelukmu, untuk akhirnya melihat seperti apa kamu, bayi kecilku. Segala yang kulakukan, kulakukan untukmu. Semua yang kumakan, setiap makanan yang kubuat, aku berpikir tentang kamu, kehidupan janin yang kuberi makan.
Ayahmu dan aku membuat rencana tentang kamarmu, kami memilih nama, kami mulai menabung untuk masa depanmu. Kami telah mencintaimu. Kami tidak bisa menunggu lagi untuk merasakan jemarimu yang mungil meremas jemari kami. Kami menunggu saat-saat memandikan tubuhmu yang lembut, mendengar tangismu yang memohon pada kami untuk merawat dan membesarkanmu.
Kami menunggu saat-saat kamu mulai berjalan, saat-saat mulai bicara, saat-saat mulai sekolah. Kami rindu untuk membantumu mengerjakan PR-mu dan melihatmu ikut bertanding bisbol. Sulit bagiku membayangkan anakku yang masih kecil memanggil pria yang kucintai "Ayah". Ini semua merupakan hal- hal kecil yang kami lihat di masa depan selama berbulan-bulan kamu tumbuh di dalam rahimku. Kami mencintaimu!
Dalam sesaat semua impian ini direnggut dari kami. Pada suatu pagi berkabut pada pemeriksaan rutin, kami tahu bahwa kamu telah berhenti tumbuh beberapa minggu sebelumnya. Kenyataannya, kamu meninggalkan kami tanpa memberi tahu. Semua pikiran dan impian kami untukmu menjadi sia-sia. Tetapi kami masih mencintaimu! Kami memerlukan waktu yang panjang untuk mengatasi shock ini. Kami diberi tahu bahwa aku bisa hamil lagi beberapa bulan kemudian. Tetapi kami menginginkanmu!
Akhirnya kami sadar bahwa Tuhan belum memperkenankan kami untuk memiliki anak, agar kami menjadi lebih siap nanti pada saatnya. Ini membuat kami tenang, meskipun kami kehilanganmu. Kami telah begitu bergairah mengharapkan kedatanganmu, tetapi kami mau menunggu kalau memang harus begitu. Dan kami tahu bahwa ketika kamu datang, aku akan tinggal di rumah bersamamu dan kamu akan memiliki hidup yang lebih baik, sebab ayahmu akan bisa menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu. Dengan pemikiran seperti ini, kami akhirnya merelakan kepergianmu.
Empat tahun berlalu setelah kehilangan yang mengerikan itu. Pagi ini, aku duduk di pinggir kolam renang peribadi dengan putriku yang berumur tiga tahun. Saat aku melihat kedua tangannya yang mungil menciduk air dengan gayung, aku sangat mengagumi kemurniannya yang indah. Benar-benar merupakan keajaiban bahwa kami bisa menjadi bagian dari penciptaan semacam itu. Tiba-tiba dia melihatku dengan pandangan serius, dan dengan mata berkedip, dia berkata, "Ma, mama belum siap menyambut saya ketika saya datang pertama kali, bukan?" Aku melingkarkan kedua tanganku memeluk putriku yang cantik, dan dengan berurai air mata, aku hanya bisa berkata, "Belum, tetapi kami sangat merindukanmu saat kamu pergi." Kami tidak lagi berduka atas kehilangan bayi kami yang pertama, sebab kini aku tahu bahwa dia telah kembali kepada kami. Anak ini adalah anak yang sama yang telah kami cintai bertahun-tahun yang lalu.

Sara Parker

Quotes:
"Kesabaran adalah tanaman yang pahit, tetapi manis buahnya."
Peribahasa Jerman

Salam,
Suryo Adhy Chandra
******************

Bagaimana Kamu Tahu Kapan Kamu Kaya


Ketika aku masih kanak-kanak di Minessota, semangka adalah buah yang mewah. Salah seorang teman ayahku, Bernie, adalah seorang penjual buah dan sayuran yang makmur, yang memiliki gudang di St. Paul.
Setiap musim panas, ketika awal musim panen semangka, Bernie akan menelepon. Ayah dan aku lantas akan pergi ke gudang Bernie dan siap untuk makan semangka. Kami akan duduk di pinggir garasi tempat truk membongkar muatan, dengan kaki terjuntai, dan sedikit membungkuk ke depan, menumpahkan sedikit mungkin juice pada diri kami sendiri.
Bernie akan mengambil goloknya, memecah satu semangka pertama untuk kami, dan memberikan masing-masing sebuah irisan besar kepada kami berdua dan duduk di samping kami. Lalu kami akan membenamkan wajah kami ke dalam irisan semangka itu, hanya memakan bagian tengahnya - bagian yang paling merah, paling banyak airnya, paling keras, paling sedikit isinya, paling sempurna - dan membuang sisanya.
Bernie adalah ide ayahku mengenai seseorang yang kaya. Aku selalu berpikir begitu karena dia merupakan seorang pengusaha yang berhasil. Bertahun-tahun kemudian, aku menyadari bahwa apa yang dikagumi ayah tentang kekayaan Bernie bukanlah seberapa kayanya Bernie tetapi bagaimana dia menggunakan kekayaannya itu. Bernie tahu bagaimana berhenti kerja, berkumpul dengan teman- temannya, dan hanya makan semangka bagian dalamnya.
Apa yang kupelajari dari Bernie adalah bahwa menjadi kaya merupakan keadaan pikiran. Sebagian di antara kita, tak peduli berapa pun uang yang kita miliki, tidka akan pernah cukup bebas untuk hanya makan semangka bagian dalamnya. Sementara orang lain kaya tanpa memiliki satu kali gaji yang bisa diambil di bank.
Kalau anda tidak meluangkan waktu untuk menggantungkan kaki anda di atas tempat bongkar muat barang dan menikmati betul-betul kesenangan-kesenangan kecil dalam hidup ini, karier anda barangkali menyulitkan hidup anda.
Selama bertahun-tahun, aku melupakan pelajaran yang kuperoleh di tempat bongkar muat barang itu sewaktu aku masih kanak-kanak. Aku terlalu sibuk mencari uang semampuku.
Nah, kini aku telah mempelajarinya kembali. Aku berharap punya waktu untuk menikmati pencapaian- pencapaian orang lain dan untuk bersenang-senang saat ini. Itulah bagian dalam semangka. Kini aku telah belajar lagi untuk membuang isinya.
Akhirnya, aku menjadi orang kaya.

Harvey Mackay

Quotes:
"Apa yang selalu kita pikirkan, dengan matap, dengan sadar, tentang siapa diri kita, memang akan seperti itulah kita."
Ann Landers

Salam,
Suryo Adhy Chandra
***************************

Pengunjung Ke: